GUr5GSz7GSr9TpriTpA6BSdi

Mengkritik Law of Attraction

 


Yaaah anak sains kenapa pada percaya sama Law of Attraction (LoA) dah. Ga punya banyak waktu untuk menelaah kajian filosofis mungkin ya. Baru aja liat podcast Densu sama anak CoC. 

Jadi inget mendiang Reza Gunawan yang secara amaliah itu keknya udah New Age banget gitu. Tapi pas ditanya tentang LoA dia kaga percaya, wkwkwk. Mending positive self talk apa negative self talk? Katanya ga dua-duanya! 😄 Yang nanya aja sampai kaget. Erwin siapa gitu yang nanya. 

Dia bilang positive thought dan negative thought itu kaya awan yang lewat di langit, kadang putih, kadang abu, ya lewat-lewat aja. Dia mau jadi langitnya. Maksudnya punya awareness, punya kesadaran untuk melihat dan menaungi itu. 

Dan kemudian dia bilang, kalau hidup itu dominannya di luar kendali kita. Kalau pas yang datang itu ga enak, yang diperlukan oleh kita adalah punya keterampilan mengatasinya. Dia bilangnya menderita dengan terampil.

Kalau saya sih melihatnya lebih kepada bagaimana kita punya standar atau acuan untuk berpikir, merasa, berkata dan bertindak atas segala apa yang ada dan terjadi di dunia ini. 

Kalau kata Prof. Alatas namanya worldview, kalau kata Syaikh An Nabhani namanya mabda (ideologi). Kalau sebagai muslim, saya memaknainya ya Islam itu sendiri. Islam sebagai worldview, Islam sebagai ideologi. 

Dan acuan positif negatif versi LoA itu absurd, lebih pada kekukuhan ego aja. Karena emang fondasi ideologinya adalah bahwa manusia itu pusat semesta. 

Manusia adalah tuhan pertama dan semesta adalah tuhan kedua yang mendukung tuhan pertama dengan mekanisme hukum tarikan (LoA) itu. Makanya sebelum tidur, sebelum shalat subuh ritual dulu menuhankan diri sendiri dengan afirmasi positif: aku cantik, aku ceria, aku sukses, aku bahagia, aku keren, aku pintar, aku kuat. 

Pada ga sadar sejauh ini aja sih kayanya, nganggepnya afirmasi positif itu berprasangka baik kepada Allah. Padahal fondasi idenya saling bersebrangan bahkan saling menegasikan. Ga ada ceritanya atuh ya ajaran tauhid nyuruh penganutnya muja diri sendiri. 

Dan secara psikologis bisa banget terjebak pada toxic positivity. Jadi ga bisa punya kesadaran untuk melihat keadaan apa adanya. 

Bahaya banget kan klo jadi ga bisa realistis. Gimana caranya kita bisa mengatasi masalah apapun kalau ga bisa melihat permasalahan apa adanya. 

Ga bisa mengakui stase emosi apa adanya. Ga bisa mengakui keadaan diri apa adanya.

Misalnya kalau lagi sedih, lagi down banget alih-alih mengakui dan menerima kalau diri lagi sedih banget kemudian istirja' eh malah afirmasi egosentris, aku kuat aku kuat. 

Ngandelin usaha diri banget (ujub) kan. Meyakini agar kata-kata itu nanti menyebar ke semesta, diserap bumi dan kemudian semesta bakal memanifestasikan kata-kata itu menjadi kenyataan, kita dibikin kuat sama semesta. 

Padahal klo muslim kan klo sedih SOPnya adalah mengakui dan menerima diri lagi sedih, lagi down banget, ngadu ke Allah apa adanya kemudian menyerahkan segala beban emosi ke Allah. 

Lalu berdoa minta pertolongan-Nya untuk melapangkan hati agar ridha, agar bisa terus sabar dan dapat pahala sabar dan ridha.

Di state of grief aja kan untuk sampai fase acceptance itu ada prosesnya. Nah kalau muslim at least sabar dulu, diam dulu dalam panasnya kesabaran, jangan denial, jangan merutuk dan misuh-misuh (anger), jangan  bargaining dengan berandai-andai. 

Tahan dulu dalam panasnya sabar dan tetap berprasangka baik ke Allah, nanti Allah yang kasih kelapangan dan kedamaian hati juga solusi-solusi atau jalan keluar. 

Mungkin yang dimaksud Reza Gunawan ttg kesadaran itu begini. Bisa sabar dan tetap mawas diri ga hilang kontrol dalam turbulensi kehidupan. 

Ga tahu juga sih. Atau mungkin yang mengoplos LoA dengan Qur'an begini juga, menggeser positivity yang standarnya kekukuhan ego diri menjadi berserah kepada Allah dengan perintah husnudzhan. 

Maybe. Walaupun saya sih ga rekomendasi buat mengoplos ya. Ngapaiiiiinnnn, Islam udah perfect! Ngapainnnnn kalau fondasi idenya aja udah tabrakan. 

Wallahua'lam
Penulis,
Eranof.R.

Type above and press Enter to search.