Saking sulitnya mendefinisikan cinta, para pujangga memilih sekadar mengilustrasikan tanpa mendefinitifkan. Allah tahu, mengerti dan memahami bahwa manusia akan kesulitan menterjemahkan cinta, maka dari Dia sudah antisipasi dengan menurunkan narasi romantis.
Penulis: Karnoto | Founder: ANANetworking
Terkadang dia menyelinap dalam lintasan fikiran, suatu waktu dia berbaur dengan rasa, terkadang dia cuma berbisik lirih tapi suaranya masuk ke qalbu dan dia bercengkrama dengan qalbu sampai akrab seperti sahabat lama yang tak jumpa.
Dia datang bukan hanya disaat kita sendirian, tapi dia suka datang justru disaat keramaian tanpa suara, tanpa gerakan tapi melalui pandanga mata.
Sekecil apa pun ruangnya dia dipastikan bisa masuk ke qalbu. Lalu ada yang bersemayam dalam qalbu, ada pula yang sekadar melintas lalu di melanjutkan perjalanan ke tempat lain.
Kita sang tuan rumah sendiri tidak pernah tahu secara pasti kapan dia masuk dan bercakap dengan qalbu kita. Bahkan qalbu kita sendiri tidak mengetahuinya.
Meski pintu qalbu kita terkunci rapat tapi dia tetap bisa masuk menyelinap dalam desiran rasa, lintasan fikiran dan bisikan kata. Qalbu kita seringkali tidak berdaya menghadapi dia maka dia pun memilih pasrah, membiarkan dia healing di dalam qalbu.
Begitulah gambaran dramatik cinta, seperti itulah cara cinta bergerak sampai bersemayam dalam qalbu kita. Uniknya, meski dia terlihat cekatan dan lincah menempuh rute perjalanan sampai bisa masuk ke qalbu tapi dia sebenarnya ingin ada yang mengendalikan.
Cinta juga menginginkan kesucianya terjaga sehingga dia bisa menjadi energi seseorang, bukan luka sayatan kulita bambu yang halus tapi perihnya berkepanjangan.
Sisi lain dia juga ingin kebebasan, tak mengen usia, status sosial apalagi asal muasal. Namun, dia juga ingin ada kepastian dimana dia akan ditempatkan.
Saking sulitnya mendefinisikan cinta, para pujangga memilih sekadar mengilustrasikan tanpa mendefinitifkan. Allah tahu, mengerti dan memahami bahwa manusia akan kesulitan menterjemahkan cinta, maka dari Dia sudah antisipasi dengan menurunkan narasi romantis dalam beberapa ayat di Al Qur'an.
"Hanya dengan mengingat Allah maka hati kalian akan tenang" begitu kata Allah dalam surat ArRad ayat 28.
Allah tahu karakter cinta karena Dialah yang menghembuskan kepada setiap anak manusia. Makanya Dia paling tahu bagaimana cara mengendalikannya. Karenanya Allah terkadang cemburu ketika ada hambaNya mencintai sesuatu melebihi cinta kepadaNya.
Terkadang Allah menampar kita, seringkali kita sengaja dibuat terluka agar cahaya kesadaran bisa masuk ke qalbu kita. Sebab cahaya hanya akan bisa masuk ketika ada luka, karena itulah satu satunya jalan yang akan menunjukan rute perjalanan cahaya ke dalam qalbu sehingga kita tersadarkan bahwa Allah mulai cemburu karena kita menduakanNya.
Jadi memang akan penjang ketika kita bicara kata yang satu ini, itu mengapa saya membuat tulisan serial cinta karena pasti akan panjang. Sampai ketemu di tulisan Serial Cinta berikutnya.
Tulisan ini sekaligus sebagai jawaban atas sejumlah orang yang meminta saya menulis soal cinta lagi. Kata mereka bahasan soal cinta yang saya tulis itu renyah sehingga mudah dikunyah, rasanya gurih membawa energi. Dan mereka bisa menikmati tulisan tanpa membuka luka apalagi membuat luka baru yang menganga.
"Tulisannya bertenaga meski yang diomongin soal cinta," kata seseorang teman lama dimasa kuliah. Sebenarnya sih saya mengalir aja, terkadang menulis sembari tidura , terkadang karena lagi bosan menulis tema berat. Segerentegnya saja. Semoga saja bermanfaat!