GUr5GSz7GSr9TpriTpA6BSdi

Ada Sifat Ibu Pada Setiap Wanita

Dokumen Foto/ANABerita

Sifat ibu yang ngatur dan nurture (mengasuh) sejatinya ada pada setiap wanita. Semua ingin diatur dan diurusin. Sampai kadang lupa mengurus diri sendiri. Hayoo, ngacung siapa yang seperti ini.
Mendefinisikan Ibu

Devita Rafani, seorang model yang telah menjajal panggung mode dunia, mendefinisikan sosok ibu dengan satu kata, segalanya. 

Sederhana namun bermakna dalam. Presenter senior Moza Pramita menjadikan sosok ibunya, Dewi Motik Pramono, sebagai mentor hidup. Begitu banyak petuah dan ilmu hidup yang menjadi panduan baginya menjalani lika-liku kehidupan.

Tria, seorang food content creator yang gemar merias diri memberi makna ibu sebagai sosok tegar dan legowo menerima keadaan, “Berkepala dingin dan tetap tersenyum saat ketemu masalah,” Sikap yang kini ia perankan untuk anak semata wayangnya.

Ibu yang mengayomi, merawat sepenuh hati, memberi perhatian dan curahan kasih sayang. Sejatinya semua wanita memiliki sifat-sifat ini. 

Jiwa ngatur dan memberi perhatian sepenuh hati ini menjelma menjadi banyak hal dan kompleks. Bagi wanita, seperti sudah menjadi kewajiban, semua perlu diperhatikan. Tak hanya keluarga dan si buah hati (yang daftarnya bisa berlembar-lembar) bagi yang sudah berkeluarga. 

Curahan perhatian itu juga untuk rumahnya, hobi baking-nya, para sahabat, tim kerja di kantor, teman sepedahan, geng yoga, organisasi sosialnya, tanaman yang seabreg-abreg, koleksi kain batiknya, koleksi tasnya... Semua mendapat perhatian. Harinya rempong, sibuk mengurus semua hal, kecuali dirinya.


Ibu Perlu Self Love
Bisa jadi Anda tersenyum kecil membaca kalimat-kalimat diatas, ‘itu saya banget’ mungkin begitu Anda menggumam. Ya, itu memang ‘kita’. Tidak ada yang salah dengan hal itu, be proud of it.

Hanya saja self love itu juga penting dan bisa memperpanjang daya tahan kita untuk mencintai dan memperhatikan semua hal yang kita cintai di dunia ini. 

Self love bisa mengandung makna menyisihkan waktu untuk memperhatikan dan merawat diri, merawat kecantikan, mencurahkan kasih sayang untuk kesehatan jiwa raga.

Bagaimana kita bisa mengurus semua hal jika kita tidak sehat dan bahagia. Senantiasa tampil segar dan menawan juga bagian dari perasaan bahagia itu, bukan?

Berapa banyak diantara kita yang sudah melupakan mencuci muka dengan seksama dan mengaplikasikan berbagai krim malam sebelum terlelap? 

Siapa yang sangat ingin me time sambil maskeran, tapi hanya sampai angan-angan saja. Berapa banyak diantara kita yang pake body lotion saja dilakukan sambil lalu?

Nana, seorang karyawati di perusahaan swasta, ibu dari dua orang mengaku semenjak punya anak, waktunya untuk merawat diri menjadi amat berkurang. 

“Sekarang harus menunggu sampai anak-anak sudah tidur atau tenang di kamar, baru saya olah raga ringan, dilanjutkan dengan mandi dan merawat kulit sebelum tidur.”

Padahal aggressor untuk kulit kita semakin banyak saja saat ini. Aggressor ini bisa datang dari luar maupun dari dalam diri kita. 

Faktor luar misalnya paparan sinar matahari yang berlebihan, polusi udara dan kulit tidak terlindungi. Jangan salah, di masa pandemi ini, kegiatan outdoor mungkin bertambah signifikan seiring keinginan untuk berolah raga, mengajak anjing kesayangan jalan sore, dan pada saat Anda disibukkan dengan kegiatan berkebun.

Paparan blue light dari gawai juga aggressor yang lumayan ‘jahat’ untuk kulit. Frekuensi kita berhadapan dengan layar komputer saat ini bertambah signifikan. Dari urusan kantor, menemani si kecil sekolah, sampai bersosialisasi.

Aggressor dari dalam diri sendiri tidak lain adalah stres. Sibuk saja sudah bisa menjadi pemicu stres, apalagi situasi yang tidak menentu yang kita rasakan selama masa pandemi ini. 

Stres memang harus dikendalikan, namun yang jelas ada korelasi antara stres dan kualitas kulit wajah. Semakin tinggi tingkat stres, semakin menurun pula kualitas kulit. Sebaliknya, ritual merawat diri mampu memberi rasa bahagia, kesegaran dan menurunkan tingkat stres. (Sumber:Femina)

 


Type above and press Enter to search.