GUr5GSz7GSr9TpriTpA6BSdi

Cinta Kata yang Sulit Didefinisikan

 



Kita tidak bisa menolak ketika cinta bersemayam dalam hati kita. Semakin kita memberontak maka akan semakin tersiksa. 

Penulis: Karnoto | Foto: Ilustrasi

Dalam buku Taman-Taman Orang Jatuh Cinta, Ibnu Qayim Al-Jauziah menuliskan satu kalimat yang kental dengan aspek psikologis. 

"Cinta membuat seseorang punya kecenderungan selalu ingat dekat, bergetar ketika nama yang dicintai disebutkan dan rela berkorban. Sebaliknya, rasa takut membuat kita ingin menjauh dan penuh keterpaksaan ketika melakukan sesuatu"

Itulah mengapa sejatinya rasa cinta kita kepada Tuhan jauh lebih besar atau tinggi ketimbang rasa takut. Karena ada efek psikologis seperti yang ditulis Ibnu Qayim Al-Jauziah.

Apa yang ditulis Ibnu Qayim adalah salah satu pemaknaan tentang kata cinta yang diarahkan dalam perspektif hubungan seorang hamba dengan Tuhan. Lalu bagaimana kalau kita ajak membaca kisah cinta Layla-Majnun.

Ada puluhan novel yang ditulis para sastrawan yang menceritakan kisah percintaan Layla-Qais atau "Layla-Majnun" tersebut. 

Kisah cinta Layla-Qais, dipandang masyarakat sebagai cinta abadi dan legendaris. Sebuah cinta paling indah, menggetarkan, menguras air mata sekaligus juga merupakan sebuah kisah percintaan indah yang berakhir tragis.

Kisah percintaan keduanya telah menginspirasi banyak sastrawan besar dunia untuk menulis kisah cinta abadi yang senafas, seperti Romeo and Juliet, karya William Shakespeare, "Romi dan Juli".

Maka kita akan mendapatkan definisi cinta dalam perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan Ibnu Qayim Al-Jauziah.

Kita jalan lagi melihat kisah cinta Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha. Maka disana kita juga akan menemukan definsi cinta yang berbeda lagi. Dikisahkan, keduanya sebenarnya saling mencintai namun Allah SWT pisahkan dulu mereka selama kurang lebih 13 tahun lamanya.

Singkat cerita, sepanjang masa itu Zulaikha hanya bisa memandang Nabi Yusuf dari jarak kejauhan karena dalam perjalanannya Nabi Yusuf telah menjadi Staf Ahli Raja dalam bidang pangan.

Sampai suatu waktu mereka dipertemukan lagi pada momen yang jauh berbeda dengan pertemuan awal mereka berdua. Zulaikha sudah keriput dan menua, sementara Nabi Yusuf tetap menjadi sosok gagah dan ganteng.

Saat itulah Nabi Yusuf atas izin Allah mendapat mukjizat mengembalikan kecantikan Zulaikha. Lalu apa yang terjadi? Ketika hendak dilamar, Zulaikha justru sempat menolak karena rasa cinta ke Yusuf saat itu berbeda dengan rasa cinta beberapa tahun silam.

Zulaikha merasa khawatir ketika menerima cintanya Yusuf lalu berpaling dari cintanya dia ke Allah, dzat yang menciptakan Yusuf. Walaupun akhirnya mereka menikah, tapi dari sini kita pun akan mendapatkan definisi cinta dengan perspektif yang berbeda lagi.

Dan dalam kehidupan kita sehari - hari pasti mengalami kesulitan ketika diminta mendefinisikan cinta. Sebab rasa cinta kita kepada seseorang yang satu belum tentu sama stresingnya dengan cinta kepada orang lain.

Cinta tentang persahabatan, cinta sepasang suami istri, cinta karena empati, cinta kekuasaan, cintanya seorang Ayah kepada anak, cintanya seorang Ibu kepada anak, cinta karena budi pekerti, cinta karena kedewasan sikap, cinta karena anak, cinta karena orangtua dan cinta - cinta lain yang tentu saja memiliki definisi yang berbeda - beda.

Dalam sejarah manusia sampai sekarang dan boleh jadi kita yang mengalami maka akan menemukan berbagai macam definisi cinta. Sulit diterjemahkan dalam satu kesepakatan antara satu orang dengan orang lain.

Wajar kalau kemudian para psikolog hanya mampu menterjemahkan kata cinta dengan kalimat seperti ini. "Ketika kita mencintai seseorang tapi tidak tahu kenapa mencintainya maka itulah cinta sejati". Coba Anda bayangkan bagaimana kita bisa menterjemahkan kata cinta perspektif psikologi tersebut kalau terjemahanya seperti itu.

Jadi, kata cinta memang tidak bisa diterjemahkan dalam satu perspektif. Setiap orang memiliki definisi masing - masing tentang kata cinta. Saking sulitnya didefinisikan sampai ada yang mengatakan "Kalau kamu berani jatuh cinta maka artinya kamu harus siap menderita atau patah hati". 

Sebab cinta bersemayam di qalbu yang sifatnya berbolak - balik. Hari ini kita bisa mengatakan cinta, besok atau lusa sudah berubah menjadi benci atau sebaliknya hari ini kita benci besok atau lusa berubah menjadi cinta,

Kita tidak bisa menolak ketika cinta bersemayam dalam hati kita. Semakin kita memberontak maka akan semakin tersiksa. Yang bisa kita lakukan adalah mengelola cinta yang bersemayan dalam hati supaya tidak lepas pelananya dan menjadi liar tidak terkendali.

Dan untuk mengelola cinta tidak bisa kita memakai satu tali, tapi harus menggunakan tali dengan beragam perspektif sehingga kita bisa mengelola cinta dengan bijak. Dan sekuat - kuat tali itu adalah Agama, karena disana kita akan menemukan berbagai literatus tentang cinta dalam banyak cerita yang bisa kita ambil hikmahnya.

Ada kisah cinta Siti Khadijah dengan Nabi Muhammad, ada cinta Ali yang bertepuk sebelah tangan dengan seorang wanita yang dicintainya. Ada kisah cinta Nabi Ibrahim dengan dua istrinya. 

Ada kisah cinta para sahabat dengan nabi, kisah cinta Nabi Yakub dengan anak - anaknya, kisah cinta seorang paman terhadap keponakannya dan berbagai macam kisah cinta.

Tidak hanya yang bernada positif, kisah cinta yang berujung tragis ada dalam literatur Islam. Ada kisah cinta Qorun terhadap dunia, cerita cinta Abu Jahal terhadap kekuasaan, kisah cinta Raja Abrahah dengan popularitasnya dan lain sebagainya.

Tinggal kercerdasan kita memetik hikmah dari setiap kisah cinta dalam sejarah yang kita baca untuk dijadikan pelajaran hidup untuk perjalanan kita. Hikmah juga bisa kita dapatkan dari kisah cinta di sekeliling kehidupan kita.***



Type above and press Enter to search.