Menulis buku bukan sekadar rangkaian huruf dan kata menjadi tangkai kalimat. Namun ada pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui susunan kata dan kalimat.
Dan menulis buka soal gagah - gagahan hanya sekadar ingin menunjukan ke publik bahwa kita penulis buku. Namun ada Missi dalam setiap buku yang kita tulis.
Tidak heran ada sebagian penulis menghabiskan waktu lama untuk meriset sebagai bahan tulisan untuk bukunya.
Salah satunya adalah, Wulansary. Penulis buku berjudul Dewi Padi. Ia mengaku butuh waktu lama menerbitkan buku tersebut karena harus melakukan riset.
Berikut ini cerita Wulan Spak bisa menulis buku tersebut. Pengalamanya ia bagikan di beranda sosial media Facebook pribadinya.
Permintaan si kakak Padi sejak hari pertama buku ini keluar dari percetakan : "bunda foto dong sama bukunya", dan dia memanggilku "perempuan hebatku"
Menjadi hebat di mata anak sendiri membuat diri bahagia, meski sadar sebagai ibu saya masih banyak kekurangan.
Seperti postingan yang lalu, karya buku ini agak laen emang...
Proses pembuatannya cukup panjang, melalui riset tak berkesudahan, yang kalo tidak disudahi sementara waktu, ya gak terbit2 nih buku.
Buku ini adalah proses perjalanan pencarian saya terhadap realitas hidup saya. Mempertemukan saya dengan orang-orang yang dulunya asing lalu menjadi seduluran. Menuntun saya pada jalan-jalan yang menampakkan laku yang memang untuk saya lalui.
Pencarian saya belum usai, masih dalam proses, tapi saya berprogress. Masih banyak yang perlu digali dan dinyatakan dalam aksi. Masih banyak pertanyaan belum terjawab.
Gegara buku ini pula saya akhirnya memutuskan belajar lagi tentang filsafat. Dan atas dorongan dari orang-orang hebat di sekitar saya, akhirnya saya memberanikan diri kuliah lagi di STF Driyarkara @stf.driyarkara
Versi cetak bisa ke www.sahabatbumi.id
Versi digital bisa ke https://play.google.com/store/books/details?id=aLr4EAAAQBAJ
Selamat week end sahabat. Berharap semua makhluk berbahagia